Kamis, 11 April 2013
akhirnya perempat final Liga Champions 2012/13 rampung. Total delapan laga yang
dirangkum dalam pertandingan kandang dan tandang selesai. Hasil tersebut
menghasilkan empat tim yang akan berlaga di babak semi final. Uniknya keempat
tim tersebut hanya mewakili 2 negara, yaitu Jerman dan Spanyol. Jerman yang
diwakili oleh Bayern Munich dan Borrusia Dortmund, sedangkan Spanyol diwakili
oleh 2 klub raksasa Real Madrid dan Barcelona.
Pada fase perempat
final keempat tim tersebut dengan susah payah berhasil mengalahkan
lawan-lawanya. Diawali Borrusia Dortmund yang dengan susah payah berhasil
mengalahkan tim debutan asal Spanyol, Malaga dengan agregat 3-2 (0-0 ; 3-2).
Kemudian , disusul oleh klub ibu kota Spanyol, Real Madrid yang berhasil
mengalahkan Galatasaray. Walau pada pertandingan leg-2 yang dilakukan di Turk
Telecom Arena, kandang Galatasaray Real Madrid harus mengalami kekalahan dengan
skor 3-2. Namun Real Madrid unggul dalam agregat 5-3, setelah pada leg-1 di
stadion Santiago Bernabeu Real Madrid unggul telak 3-0.
Tim berikutnya, Bayern
Munich dengan meyakinkan berhasil menyingkirkan Juventus dengan agregat 4-0
setelah menang 2-0 di kandang dan tandang. Tim terakhir yang berhasil lolos
adalah Barcelona. Barcelona dengan susah payah menyingkirkan wakil Perancis
Paris Saint Germain dengan agregat sama kuat 3-3. Sayangnya PSG kalah
produktivitas goal away oleh Barcelona. Barcelona pada leg-1 di Paris berhasil
menahan imbang PSG 2-2, sedangkan PSG hanya mampu mencetak 1 gol di Camp Nou
dengan hasil akhir 1-1.
Hasil di perempat final
tersebut membuktikan bahwa perkembang sepak bola di Jerman sedang mengalami
progres yang baik. Hal tersebut terbukti dalam kurun waktu 4 musim kebelakang
Bundesliga selalu menempatkan wakilnya di semi final. Dimulai pada musim
2009/10 dimana Bundesliga mengirim Bayern Munich hingga final, 2010/11 mereka
menempatkan Schalke 04 di hingga semi final yang akhirnya dikalahkan oleh
Manchester United. Kemudian, musim 2011/12 mereka mengirim kembali Bayern
Munich hingga partai puncak walau akhirnya tumbang dari Chelsea. Musim ini
mereka mengirim dua wakil di semifinal, dan peluang menciptakan all German
Final cukup terbuka, ya minimal menaruh satu wakil di partai puncak yang akan
diselenggarakan di Wembley stadium.
Revolusi Jerman
Sepak Bola Jerman
berkembang bukan dibuat dari kemarin sore, tetapi mereka melakukan proses yang
cukup lama. Setelah generasi Oliver Bierhoff, Carsten Jancker, dan Mehmet
Scholl pensiun pasca mengantarkan Jerman menjadi Runner-up Piala Dunia 2002
Jerman sempat mengalami kemandekan prestasi. Terbukti dengan gagalnya Jerman
dalam pegelaran Euro 2004 yang gagal menangkan. Pada Euro 2004 Jerman harus
tersingkir pada putaran grup. Jerman yang pada saat itu hanya menyisakan pemain
tenar macam Oliver Kahn, Bern Schneider, Michael Ballack, dan Klose yang
mengantarkan Jerman menjadi juara ke-2 Piala Dunia 2002.
Kegagalan pada Euro
2004 membuat Jerman harus melahirkan generasi-generasi baru yang akan mewarisi
kaos timnas Jerman. Dalam mempersiapkan Timnas Jerman untuk menyambut Piala
Dunia 2006 yang akan diselenggarakan di negara sendiri, yaitu Jerman, DFB
(Organisasi Sepak Bola Jerman) menunjuk legenda sepak bola mereka Juergen Klinsman
sebagai pelatih kepala Timnas Jerman. Banyak yang meragukan kemampuan Klinsman
pada saat itu mengingat ia minim pengalaman sebagai pelatih. But show must go on.
Klinsman saat itu dengan
percaya diri melakukan sebuah perombakan gaya bermain Jerman. Klinsman merasa
gaya bermain Jerman yang kaku sudah terlalu ketinggalan zaman. Klinsman coba
menerapkan permainan Jerman yang menghibur dan menyerang mengingat latar
belakangnya sebagai striker pada masa aktif sebagai pemain. Selain itu juga
Klinsman mencoba melakukan penyegaran tim dengan memasukkan pemain muda. Terdaftar
saat itu yang dibawa Klinsman ke Piala Dunia diantaranya Bastian
Schweinsteiger, Podolski, David Odonkor, Mike Hanke, Robert Huth, dan Marcell
Jansen. Mereka saat itu berumur 20-22 tahun. Hasilnya, cukup memuaskan. Pada Piala
Dunia yang diselenggarakan di rumahnya sendiri Jerman berhasil meraih juara
ketiga setelah mengalahkan Portugal.
Pasca Piala Dunia 2006
Klinsman mundur dari timnas dan digantikan oleh asistant manager klinsman di
timnas, Joachim Loew. Walaupun berpindah tangan, tetapi Loew tetap melanjutkan
apa yang telah diimulai oleh klinsmann dengan terus melakukan regenerasi dengan
mempercayai pemain muda potensial untuk membela timnas. Hal ini juga didukung
oleh geliat klub-klub Bundesliga untuk lebih menekankan pembinaan usia muda. Hal
itu mulai membuahkan hasilnya pada saat sekarang, muncul bintang-bintang hasil
pembinaan usia muda klub jerman seperti Ozil, Khedira, Marco Reus, Manuel
Neuer, dan yang paling hangat saat ini Mario Goetze yang dijuluki Messi dari
Jerman. Apa yang dilakukan Jerman merupakan hasil dari ketekunan dan kesabaran
dalam menjalani proses. Hal ini tentu mengingatkan kita bahwa biarpun zaman
sudah modern tapi tidak semuanya dapat diraih dengan instan. Semoga Indonesia
bisa mencontoh yang baik dari sepak bola Jerman.
12-04-2013
E.R.N