Jumat, 12 April 2013

Buah Dari Kesabaran Jerman


         Kamis, 11 April 2013 akhirnya perempat final Liga Champions 2012/13 rampung. Total delapan laga yang dirangkum dalam pertandingan kandang dan tandang selesai. Hasil tersebut menghasilkan empat tim yang akan berlaga di babak semi final. Uniknya keempat tim tersebut hanya mewakili 2 negara, yaitu Jerman dan Spanyol. Jerman yang diwakili oleh Bayern Munich dan Borrusia Dortmund, sedangkan Spanyol diwakili oleh 2 klub raksasa Real Madrid dan Barcelona.
Pada fase perempat final keempat tim tersebut dengan susah payah berhasil mengalahkan lawan-lawanya. Diawali Borrusia Dortmund yang dengan susah payah berhasil mengalahkan tim debutan asal Spanyol, Malaga dengan agregat 3-2 (0-0 ; 3-2). Kemudian , disusul oleh klub ibu kota Spanyol, Real Madrid yang berhasil mengalahkan Galatasaray. Walau pada pertandingan leg-2 yang dilakukan di Turk Telecom Arena, kandang Galatasaray Real Madrid harus mengalami kekalahan dengan skor 3-2. Namun Real Madrid unggul dalam agregat 5-3, setelah pada leg-1 di stadion Santiago Bernabeu Real Madrid unggul telak 3-0.
          Tim berikutnya, Bayern Munich dengan meyakinkan berhasil menyingkirkan Juventus dengan agregat 4-0 setelah menang 2-0 di kandang dan tandang. Tim terakhir yang berhasil lolos adalah Barcelona. Barcelona dengan susah payah menyingkirkan wakil Perancis Paris Saint Germain dengan agregat sama kuat 3-3. Sayangnya PSG kalah produktivitas goal away oleh Barcelona. Barcelona pada leg-1 di Paris berhasil menahan imbang PSG 2-2, sedangkan PSG hanya mampu mencetak 1 gol di Camp Nou dengan hasil akhir 1-1.
Hasil di perempat final tersebut membuktikan bahwa perkembang sepak bola di Jerman sedang mengalami progres yang baik. Hal tersebut terbukti dalam kurun waktu 4 musim kebelakang Bundesliga selalu menempatkan wakilnya di semi final. Dimulai pada musim 2009/10 dimana Bundesliga mengirim Bayern Munich hingga final, 2010/11 mereka menempatkan Schalke 04 di hingga semi final yang akhirnya dikalahkan oleh Manchester United. Kemudian, musim 2011/12 mereka mengirim kembali Bayern Munich hingga partai puncak walau akhirnya tumbang dari Chelsea. Musim ini mereka mengirim dua wakil di semifinal, dan peluang menciptakan all German Final cukup terbuka, ya minimal menaruh satu wakil di partai puncak yang akan diselenggarakan di Wembley stadium.

Revolusi Jerman
          Sepak Bola Jerman berkembang bukan dibuat dari kemarin sore, tetapi mereka melakukan proses yang cukup lama. Setelah generasi Oliver Bierhoff, Carsten Jancker, dan Mehmet Scholl pensiun pasca mengantarkan Jerman menjadi Runner-up Piala Dunia 2002 Jerman sempat mengalami kemandekan prestasi. Terbukti dengan gagalnya Jerman dalam pegelaran Euro 2004 yang gagal menangkan. Pada Euro 2004 Jerman harus tersingkir pada putaran grup. Jerman yang pada saat itu hanya menyisakan pemain tenar macam Oliver Kahn, Bern Schneider, Michael Ballack, dan Klose yang mengantarkan Jerman menjadi juara ke-2 Piala Dunia 2002.
          Kegagalan pada Euro 2004 membuat Jerman harus melahirkan generasi-generasi baru yang akan mewarisi kaos timnas Jerman. Dalam mempersiapkan Timnas Jerman untuk menyambut Piala Dunia 2006 yang akan diselenggarakan di negara sendiri, yaitu Jerman, DFB (Organisasi Sepak Bola Jerman) menunjuk legenda sepak bola mereka Juergen Klinsman sebagai pelatih kepala Timnas Jerman. Banyak yang meragukan kemampuan Klinsman pada saat itu mengingat ia minim pengalaman sebagai pelatih. But show must go on.
           Klinsman saat itu dengan percaya diri melakukan sebuah perombakan gaya bermain Jerman. Klinsman merasa gaya bermain Jerman yang kaku sudah terlalu ketinggalan zaman. Klinsman coba menerapkan permainan Jerman yang menghibur dan menyerang mengingat latar belakangnya sebagai striker pada masa aktif sebagai pemain. Selain itu juga Klinsman mencoba melakukan penyegaran tim dengan memasukkan pemain muda. Terdaftar saat itu yang dibawa Klinsman ke Piala Dunia diantaranya Bastian Schweinsteiger, Podolski, David Odonkor, Mike Hanke, Robert Huth, dan Marcell Jansen. Mereka saat itu berumur 20-22 tahun. Hasilnya, cukup memuaskan. Pada Piala Dunia yang diselenggarakan di rumahnya sendiri Jerman berhasil meraih juara ketiga setelah mengalahkan Portugal.
            Pasca Piala Dunia 2006 Klinsman mundur dari timnas dan digantikan oleh asistant manager klinsman di timnas, Joachim Loew. Walaupun berpindah tangan, tetapi Loew tetap melanjutkan apa yang telah diimulai oleh klinsmann dengan terus melakukan regenerasi dengan mempercayai pemain muda potensial untuk membela timnas. Hal ini juga didukung oleh geliat klub-klub Bundesliga untuk lebih menekankan pembinaan usia muda. Hal itu mulai membuahkan hasilnya pada saat sekarang, muncul bintang-bintang hasil pembinaan usia muda klub jerman seperti Ozil, Khedira, Marco Reus, Manuel Neuer, dan yang paling hangat saat ini Mario Goetze yang dijuluki Messi dari Jerman. Apa yang dilakukan Jerman merupakan hasil dari ketekunan dan kesabaran dalam menjalani proses. Hal ini tentu mengingatkan kita bahwa biarpun zaman sudah modern tapi tidak semuanya dapat diraih dengan instan. Semoga Indonesia bisa mencontoh yang baik dari sepak bola Jerman.

12-04-2013
E.R.N

Tidak ada komentar:

Posting Komentar