Kamis, 24 Februari 2011

”Sayembara” Tembus Rekor Sang “Profesor”


Catatan 23 pertandingan tak terkalahkan Manchester United musim 2010/2011 terhenti di tangan Wolverhampton, setelah pada hari Sabtu Tanggal 5 Februari 2011 Manchester United takluk 2-1. Dengan begitu pupus sudah ambisi Sir Alex Ferguson untuk melampaui rekor Arsenal yang tak tertkalahkan dalam 49 pertandingan Liga Inggris. Rekor Arsenal tersebut dicatatkan pada musim 2003/2004 hingga separuh musim 2004/2005. Setelah enam musim berlalu, asa pecahnya rekor tersebut muncul dengan performa Manchester United yang stabil di awal musim 2010/2011. Namun, begitu memasuki akhir Januari dimana Manchester United dihadapi dengan jadwal padat, akhirnya catatan baik di awal musim terhenti.
Skuad Manchester United pada musim ini tidak jauh berbeda kualitasnya dengan skuad Arsenal pada enam musim lalu. Pemain-pemain seperti Rio Ferdinand, Nani, Rooney, dan Berbatov tidak kalah dengan pemain-pemain Arsenal pada enam musim lalu seperti Sol Campbel, Patrick Vieira, Reyes, dan Henry. Namun, kompetisi telah berubah dan berkembang. Mungkin itulah yang mengalahkan Manchester United. Saat ini tim-tim Liga Primer sudah lebih kompetitif. Tim yang berada di jurang Degradasi pun memiliki kesempatan menang yang sama ketika berhadapan dengan tim papan atas. Pelatih Chelsea, Carlo Ancelotti mengungkapkan, ”Itu mustahil. Ketika Arsenal membukukan rekor tak terkalahkan, tak banyak tim kompetitif.”[1] Ancelotti juga menambahkan, ”Sekarang Liga bukan milik ”The Big Four”, karena kita memiliki tim seperti Manchester City, Tottenham Hotspur, dan Everton.”[2]
Memang pada Liga yang sudah berkembang seperti sekarang sudah cukup sulit untuk melampaui rekor Arsenal tersebut. Namun, hal itu bukan hal yang mustahil. Tim-tim di liga Primer memiliki peluang yang sama untuk melampaui rekor tersebut. Jadi, saat ini ”Sayembara” tetap berlangsung berbalutkan tehnik dan kreativitas pemain di lapangan hijau. Dan kini saatnya menantikan siapa tim berikutnya yang akan mencoba mendekati dan melampaui rekor arsenal tersebut. (ern, 15-2-2011, 17:22)


[1] Kompas.com/Ancelotti .Mustahil.Patahkan.Rekor.Arsenal.htm/10/2/2011/19:21
[2] Ibid.

MAGIS MOURINHO MERUBAH GAYA BERMAIN KOMPETISI

Pada millenium ke-3 ini siapa yang tidak mengenal Jose Mourinho. Pelatih sensional sekaligus kontroversial asal Portugal. Dia berhasil membawa dua Klub dari negara berbeda yakni FC Porto (Portugal) dan Inter Milan (Italia) menjuarai kompetisi tertinggi di benua biru yaitu Liga Champions. Pelatih yang dilahirkan di setubal, Portugal, 26 Januari 1963 berhasil membawa FC Porto juara Liga Champions pada tahun 2004 setelah pada musim sebelumnya tahun 2003 menjuarai Piala UEFA (sekarang- Europa League).
Pada Liga Champions musim 2003/2004 FC Porto tidak diunggulkan untuk menjuarai Liga Champions. Dengan materi pemain seperti Vitor Baia, Ricardo Carvalho, Deco, dan Derlei yang berhasil membawa Porto juara UEFA musim sebelumnya, dianggap masih belum mampu menandingi tim-tim mapan seperti Manchester United dengan Ryan Giggs ataupun Real Madrid dengan Zinedine Zidane. Namun seiring berjalannya kompetisi, Porto mampu memutarbalikkan prediksi. Bahkan mereka mampu menyingkirkan Manchester United di Babak 16 Besar dengan menang 2-1 di Do Dragao Stadium, dan bermain imbang 1-1 di Old Trafford. Puncaknya pada Final yang di gelar pada tanggal 26 Mei 2004 di Auf Schalke Arena, Gelsenkirchen, Porto mampu mengalahkan AS Monaco dengan skor 3-0 lewat gol Carlos Alberto, Deco, dan Alenichev. Seluruh perhatian tertuju kepada aktor dibalik FC Porto yaitu Jose Mourinho. Banyak pujian yang tertuju pada Jose Mourinho, namun ada juga yang mengkritik gaya permainan FC Porto yang dinilai memainkan negatif Football yang lebih mementingkan pada hasil akhir. Seperti yang dilakukan di Old Trafford pada babak 16 besar. Namun, juara tetaplah juara.
Kebetulan atau tidak, kemenangan FC Porto dan gaya permainannya menginspirasi tim-tim yang berlaga di Piala Eropa yang digelar pada Bulan Juni-Juli 2004. Tim Yunani yang menjuarai Piala Eropa 2004 dikritik memainkan sepakbola negatif. Dalam langkahnya meraih juara, Yunani mampu mengalahkan tuan rumah Portugal di Fase Grup, mengalahkan Perancis di babak 16 besar. Yunani hanya mencetak 7 gol dari 6 pertandingan yang dimainkan dari fase grup hingga final. Namun, biarpunbanyak kritik mengenai gaya permainan yang dimainkan oleh Otto Rehagel (Red-pelatih Yunani), juara tetaplah juara.
Pada tahun 2010 terdapat ajang akbar yakni Piala Dunia pertama yang diselenggarakan di Benua Hitam Afrika, tepatnya di Afrika Selatan. Pada fase grup, muncul kritik dari berbagai pengamat tentang minimnya gol. Tim-tim yang bermain dinilai memainkan sepakbola pragmatis yang lebih mementingkan hasil, yang penting tidak kalah. Gaya pragmatis tersebut mengingatkan satu bulan sebelum pergelaran Piala Dunia. Pertandingan semi final antara Barcelona melawan Inter Milan. Dalam dua pertandingan tersebut terlihat bagaimana magis pragmatis Mourinho sangat terlihat. Permainan atraktif Barcelona sama sekali tidak terlihat. Hal tersebut dikarenakan Inter Milan bermain sangat defensif, bahkan bermain seperti tanpa striker. Dan Mourinho berhasil membawa Inter Milan Juara Liga Champions 2010. Entah, mungkin hanya kebetulan gaya permainan Mourinho ketika membawa timnya juara selalu tertular ke dalam ajang akbar seperti Piala Eropa 2004 dan Piala Dunia 2010. Tetapi yang jelas, Piala Dunia 2010 telah ”diselamatkan” oleh  Timnas Spanyol dan Belanda yang tetap memainkan permainan menyerang dan atraktif, tidak mengikuti arus pragmatis yang sedang terjadi.
Apapun yang terjadi Mourinho tetaplah pelatih yang sensasional, hebat, dan jenius. Dan Mourinho telah menjadi bagian penting dalam perjalanan Sejarah permainan Sepak bola.