Selasa,
18 Juni 2013 sekelompok anak muda berhasil membuktikan kepada dunia
dengan sebuah prestasi yang membanggakan. Berjuang kurang lebih dua
minggu anak-anak muda tersebut berhasil menyingkirkan anak-anak muda
dari negara Eropa lain yang memiliki semangat dan tujuan sama. Ya,
inilah kisah dari kejuaraan Piala Eropa U-21 yang diselenggarakan di
Israel. Pada hari selasa malam waktu Indonesia diselenggarakan partai
Final antara kesebelasan Italia U21 melawan Spanyol U21. Yang bertanding
memang buka timnas Spanyol yang dihuni oleh Casillas, Pique, Xavi,
Iniesta, atau Italia yang diperkuat oleh Buffon, Chiellini, Pirlo, dan
Ballotelli. Namun, jangan pernah remehkan anak-anak muda tersebut.
Dua
tim yang bertemu memang sudah diunggulkan untuk melangkah jauh di
turnamen tersebut. Terlebih lagi Spanyol merupakan juara bertahan.
Namun, yang akan saya bahas disini bukan hasil dari pertandingan
tersebut yang dimenangkan oleh Spanyol dan menjadikan mereka juara dua
kali beruntun, tahun 2011 dan 2013. Saya akan membahas negara-negara
yang mulai memikirkan masa depan mereka di sepak bola. Sebenarnya tidak
hanya dua negara tersebut yang sedang berkembang dalam pembinaan usia
dini. Ada juga Jerman, Belanda, Brazil, Norwegia, dan banyak lagi
negara-negara yang sudah mulai memikirkan pembinaan usia dini dan menuai
hasilnya.
Pada saat ini Spanyol memang menjadi trending topic
dalam pembinaan usia dini. Kita tentu mengenal akademi La Masia milik
Barcelona yang berhasil melahirkan pemain Jenius seperti Xavi, Iniesta,
dan juga pemain terbaik dunia Lionel Messi. Kemudian, masih ada lagi
Castilla milik Real Madrid dan juga Baskonia milik Athletic Bilbao yang
rutin menghasilkan talenta-talenta berbakat seperti Alvaro Morata
(Castilla) dan Iker Muniain (Bilbao). Di Spanyol pemain-pemain muda
berbakat memang diberi perhatian lebih untuk mendapatkan atmosfer
kompetisi tingkat atas. Mayoritas liga-liga professional di Eropa sudah
menekankan pengembangan akademi pada klub-klub pesertanya.
Setelah
diselenggarakannya Final Euro U21 yang menujukkan bagaimana semangat
anak-anak muda berbakat Eropa, tidak sampai satu hari di Jakarta
tepatnya juga menampilkan tim muda meraka, yaitu Timnas U-23 Garuda.
Pada rabu sore di Stadion Gelora Bung Karno diadakan sebuah pertandingan
persahabatan antara Timnas U-23 melawan Jakarta All Star yang diperkuat
oleh Radja Nainggolan dan beberapa pemain veteran dan berpengalaman
yang rata-rata usianya di atas 30 tahun. Ironi terjadi pada pertandingan
tersebut, semangat anak-anak muda garuda berhasil dikalahkan oleh
pengalaman tim Jakarta All Star. Selain itu juga anak-anak muda garuda
seperti bermain tanpa pola dan taktik dan lebih menekankan pada aksi
individual. Hal ini tentu saja PR besar bagi PSSI dalam membina usia
muda. Di saat negara-negara Eropa dan tetangga di Asia Tenggara
memikirkan masa depan sepak bola mereka, PSSI hanya sibuk meributkan masalah organisasi. Tragis.
ERN