Selasa, 29 Desember 2020

PROSES KEMUNDURAN VOC (END)

 

A.    Proses Peralihan dan Runtuhnya VOC

Pasca penandatangan Perjanjian Paris 1783 yang mengakhiri  Perang antara Inggris dengan Amerika Serikat dan sekutunya, salah satunya Belanda. Belanda melanjutkan penandatangan perjanjian damai dengan Inggris di tahun 1784 dimana Inggris dan Belanda yang memiliki banyak daerah Koloni di Eropa melakukan perdamaian khususnya untuk tidak saling merebut wilayah koloni yang telah dikuasainya. Sebagai dampak dari perjanjian damai tersebut, Perancis memandang Belanda sebagai daerah yang membahayakan. Karena bisa terjadi Inggris akan memanfaatkan wilayah Belanda untuk menyerang Perancis. Apalagi Raja Willem V dari dinasti oranye terkenal sangat dekat dengan Inggris.

Melihat hal itu, tindakan yang diambil Perancis untuk mencegah kemungkinan terburuk Inggris menggunakan daerah Belanda untuk menyerang Perancis adalah dengan menyerang terlebih dahulu Belanda dan memanfaatkan kaum patriot yang tidak suka dengan dinasti Oranye berkuasa di Belanda. Penyerangan Perancis berhasil menekan dan menguasai wilayah Belanda sehingga pada tahun 1794, Willem V berusaha mengajak berunding Perancis namun menemui jalan buntu dan gagal. Kemudian setelah itu Perancis mendirikan pemerintahan Boneka di Belanda yakni Republik Bataaf.

Selain kondisi negara Belanda yang terjadi di Eropa mempengaruhi kondisi VOC, kondisi internal VOC sendiri juga sangat berpengaruh atas runtuhnya VOC. Sejak pada tanggal 27 Maret 1749, parlemen Belanda mengeluarkan Undang-undang yang menetapkan bahwa Raja Willem V adalah penguasa tertinggi VOC. Dengan demikian, VOC berada di bawah wewenang Raja dan raja menjadi komandan tentara VOC. Kemudian anggota pengurus yang dikenal sebagai “Dewan Tujuh Belas” yang semula dipilih oleh parlemen dan provinsi pemegang saham menjadi tanggung jawab raja. Dengan raja menjadi penguasa tertinggi ini membuat kepentingan pemegang saham menjadi terabaikan. Para pengurus VOC tidak lagi berpikir untuk memajukan perdagangan VOC lagi, melainkan sudah berpikiran untuk memperkaya diri sendiri.

Selain itu juga kondisi para pegawai VOC mulai menunjukkan sikap gila hormat yang memperkuat sikap-sikap feodalisme. Posisi jabatan dan symbol-simbol kehormatan dilengkapi dengan hadiah dan pemberian upeti. System upeti ini terjadi dikalangan pejabat VOC dari pejabat bawahan ke pejabat atasnya. Apalagi semua upeti sering berkaitan dengan pergantian jabatan di tubuh VOC. Semua hal ini menimbulkan korupsi di tubuh VOC. Kehidupan para pegawai yang bermewah-mewahan, gila hormat, dan melakukan korupsi membuat kas VOC mengalami kemerosotan yang berakibat beban hutang semakin tinggi, sehingga akhirnya VOC gulung tikar dan Bangkrut pada tanggal 31 Desember 1799. Setelah VOC bangkrut, kekuasaan atas Hindia Belanda diambil alih oleh pemerintah Belanda yang pada tahun 1905 dikuasai oleh pendudukan Perancis dan dibentuklah Republik Bataaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar