Inggris merupakan
sebuah negara di Eropa yang sangat terkenal dengan sepak bola. Tim
nasional Inggris sedang mengalami penurunan prestasi dalam beberapa dekade
kebelakang, tetapi liga utama profesionalnya, English Premier League, mampu menjadi liga papan atas di Eropa
dan Dunia. Liga utama Inggris merupakan
liga yang paling banyak ditonton jutaan pasang mata penduduk muka bumi.
Inggris merupakan negara
penemu sepak bola modern. Masing-masing negara di berbagai belahan dunia boleh
saja mengakui mereka sebagai penemu awal permainan si kulit bundar tersebut.
Namun, penemu sepak bola modern semua sepakat bahwa Inggris-lah yang pertama.
Hal tersebut dapat dilihat contoh nyata bahwa federasi sepak bola Inggris (Red-
FA) merupakan federasi sepak bola tertua di dunia.
Kemunculan sepak bola
modern di Inggris merupakan dampak tidak langsung dari berlangsungnya revolusi
industri pada akhir abad ke-17 yang terjadi di Kerajaan Ratu Elisabeth
tersebut. Jauh sebelum terjadinya revolusi industri di Inggris, sepak bola
hanyalah sebuah tradisi bagi sebagian masyarakat. Disini kita boleh menyebutnya
sebagai sepak bola tradisional.
Kita tentu sering
mendengar nama permainan masyarakat seperti sepak bola api, sepak bola es, dan
sepak bola lumpur. Sebagian permainan sepak bola tersebut tidak asing dengan
penduduk Indonesia karena masih dilakukan oleh sebagian masyarakat Indonesia
untuk memperingati hari-hari tertentu. Contohnya di beberapa negara, untuk
memperingati awal atau setelah masa panen, masyarakat melakukan permainan bola
sepak di areal persawahan yang penuh lumpur karena akan mau dibajak. Di
Indonesia, Inggris, dan berbagai negara lainnya masih melakukan tradisi sepak
bola lumpur, walau tujuannya hanya untuk mewarisi tradisi. Bahkan jauh sebelum
revolusi industri di beberapa suku barbar terdapat kisah mengerikan mengenai
sepak bola tradisional. Bola yang dipakai untuk bermain berasal dari kepala
manusia yang dihukum mati/pancung akibat melanggar adat istiadat. Persamaan
dari permainan sepak bola tradisional yang bisa menjadi cirinya adalah
permainan tersebut masih belum terdapat aturan baku mengenai sepak bola.
Semuanya berubah ketika
di Inggris terjadi revolusi industri. Adanya revolusi industri tersebut merubah
berbagai aspek kehidupan. Revolusi Industri adalah perubahan yang sangat cepat
dari penggunaan tenaga manusia menjadi penggunaan tenaga mesin dalam beberapa
aspek kehidupan. Dalam realitanya, revolusi industri terwujud dalam munculnya
industri seperti pabrik-pabrik. Di Inggris lahan-lahan persawahan berubah
menjadi pabrik, muncul banyak kota-kota industri baru yang menyebabkan terjadi
urbanisasi besar-besaran yang mengakibatkan desa ditinggal oleh sebagian besar
penduduknya untuk mencari pekerjaan di kota. Hal ini membuat desa-desa sepi
ditinggal penduduknya, seakan menjadi desa mati. Kegiatan tradisi yang
dilakukan di desa juga menjadi merosot bahkan tidak ada, termasuk sepak bola
tradisional. Para warga desa terlalu sibuk dengan pekerjaannya di kota yang mayoritas sebagai buruh pabrik, dan
tidak sedikit pula yang melakukan urbanisasi untuk bersekolah di kota.
Kesibukan yang terjadi
setelah revolusi industri ini memberikan kejenuhan bagi para pekerja dan kaum
pelajar. Rutinitas yang itu-itu saja membuat mereka lelah dan bosan. Hal ini
membuat beberapa pelajar di London menggagas sebuah permainan yang biasa mereka
lakukan di desa, yaitu sepak bola. Namun dengan pemikiran yang lebih maju dari
para kaum terpelajar tersebut, dibuatlah aturan-aturan baku yang harus diikuti
oleh para pemain yang memainkan sepak bola tersebut. Mulailah mereka membuat
aturan mengenai luas lapangan, lebar dan tinggi gawang, dan pelanggaran-pelanggaran
yang dilarang dilakukan dalam sepak bola. Walaupun belum selengkap sekarang,
peraturan tersebut merupakan cikal bakal dan titik awal dimulainya sepak bola
modern. Akhirnya, pada tahun 1863 untuk menaungi permainan sepak bola para
pelajar tersebut membentuk badan resmi bernama Football Association (FA). Kemunculan FA ini membuat Inggris
ditasbihkan sebagai penemu sepak bola modern.
ERN
1-3-2014
Twitter:@ern_5_kudo
Twitter:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar